Lapisan Kepribadian

Orang terdekat kita itu ibarat pisau yang akan menguliti kita. Bukan menguliti untuk menyakiti, tetapi menguliti selapis demi selapis kepribadian kita hingga akhirnya menjadi yang sebenarnya kita.

Yeahh. Karena hanya orang terdekat kita yang akan tahu siapa sebenarnya kita, baik buruk kita, kelemahan dan kekurangan kita serta yang luar biasa lagi, mungkin akan memberikan pengertian tak terbatas bagi kita.

Dan, seringkali orang terdekat kitalah yang akan mendapatkan getahnya ketika tengah menguliti kepribadian kita. Sikap sikap buruk kita yang menjadi begitu tampak nyata di hadapan orang-orang terdekat kita. Jeleknya ketika kita marah, teriakan kita, kekasaran kita, kebiasaan buruk kita, keegoisan kita dan segenap hal hal buruk manusiawi lainnya seringkali hanya tampak ketika kita tengah bersikap di hadapan orang-orang terdekat kita.

Maka sebaliknya, ada begitu banyak orang yang mampu bersikap begitu manis di hadapan orang lain, jauh melebihi kemampuannya bersikap manis terhadap orang-orang terdekatnya seperti ayah ibu, suami, isteri, anak atau sahabat. Berapa ayah yang mampu menjadi pencari nafkah yang ulung tetapi menjadi ayah yang buruk bagi anak-anaknya? Banyak. Berapa ibu yang mampu bersinar di luar rumah tetapi menjadi menakutkan bagi keluarganya di rumah? Banyak. Berapa suami yang mampu bersikap manis kepada perempuan lain tetapi bersikap cuek pada isterinya? Banyak. Berapa istri yang mampu bersikap full senyum kepada lelaki lain tetapi cemberut berkepanjangan ketika berhadapan dengan suaminya? Banyak.

Dan, berapa orang-orang yang mampu bersikap mencitrakan kebaikan serta ramah terhadap orang yang baru dikenalnya tetapi bersikap seenaknya terhadap orang yang sudah lama dekat dengannya? Juga banyak.

Karena pada akhirnya, memang hanya waktu yang bisa memperlihatkan kualitas diri seseorang. Apakah seseorang itu akan menjadi ayah ibu yang baik, suami isteri yang baik, anak dan sahabat yang baik, pada akhirnya hanya akan dibuktikan oleh waktu. SEpanjang waktu dan sepanjang kisah. Sepanjang interaksi dan seberapa besar kita telah menguliti kepribadiannya. Karena kepribadian itu sendiri adalah lapisan yang berlapis lapis.

Apakah sikap sikap itu munafik? Tidak juga. Hanya mungkin orang lain tersebut belum mempunyai kapasitas untuk mengelupas lapisan kepribadian selanjutnya sehingga dia tidak tahu dan bertahan sesuai dengan persepsi awal sesuai dengan citra yang tampak.

Apakah semua orang selalu begitu? Tidak juga. Setiap orang jelas mempunyai potensi kebaikan dan keburukan. Tinggal mana yang akan dominan, tinggal mana yang dipilih untuk dikembangkan. Maka akan jadi seperti itulah kita. Apakah kita akan menjadikan kebaikan, keramahan, kemanisan dalam bersikap tidak hanya selapis luar saja, tetapi selalu ada dalam setiap lapisan kepribadian kita. Dengan kata lain, kita menjadikannya karakter baik yang akan selalu melekat di tiap lapisan kepribadian kita dan berlaku baik pada SEMUA orang, tidak sekedar kepada orang lain, orangtua orang lain, teman lain, istri orang lain, anak orang lain, suami orang lain, perempuan lain, lelaki lain...

Karena orang terdekat kita lah yang selalu mengembalikan kita pada realita. Karena orang terdekat kita dan yang paling memahami kitalah yang akan mempunyai pengertian tak terbatas. Dan pada akhirnya, hanya orang terdekat kitalah yang selalu ada untuk kita.

Komentar

Postingan Populer