Menjelang Akhir Tahun



November sudah hampir terjelang. Dua bulan menjelang pergantian tahun.
Seperti biasa, waktu rasanya cepat sekali berlalu. Ya iyalah. Dan menyadari bahwa diri ini tenggelam, bukan (belum) jadi penyelam.

Menengok kembali catatan resolusi tahun 2010. Hiks. Nangis bombay. Sedih banget. Banyak targetan yang tiada (belum) tercapai.Empat puluh tujuh targetan yang ditulis dan jiwa ini termeye-meye ketika mengevaluasi kembali catatan-catatan tersebut. Telah terealisasi beberapa dan tiba-tiba saya keselek ketika memikirkan sesuatu hal yang sebenarnya tidak saya targetkan di tahun ini.

Usia saya sudah dua puluh lebih sekiansekian . Saya masih ingat persis apa yang saya katakan pada salah seorang sahabat saya mengenai target pernikahan, di usia berapa saya ingin menikah. Dan saya panik ketika memikirkan bahwa usia saya semakin mendekati usia yang saya rencanakan untuk menikah. Saya panik sendiri ketika kemungkinan-kemungkinan itu berseliweran ke sana kemari, terbang tanpa arah yang jelas dan saya semakin termeye-meye ketika menyadarinya.

Hoho, stop-stop. Berhenti membicarakan pernikahan. Itu adalah urusan nanti dalam forum tersendiri (halah).

Melihat kembali catatan mengenai targetan yang ingin dicapai di tahun 2010 dan langsung pengen ketawa (habis nangis terus pengen ketawa. Tandatanda gila). Ternyata banyak targetan yang aneh dan nyeleneh. Khas saya. Ternyata saya memang aneh dan saya tidak bangga terhadap hal tersebut. Saya sudah bosan dibilang aneh, tetapi suka jika ada yang mengatakan bahwa orang-orang yang dekat dengan saya itu adalah orang-orang yang aneh pula. hehe, entah siapa yang sebenarnya punya pengaruh kuat.

Kembali lagi ke catatan target 2010.Dan ingat kemarin-kemarin saya dan teman-teman diingatkan mengenai produktivitas. Diingatkan bahwa syarat produktivitas adalah menjaga kualitas diri dengan terus belajar, menjaga aset fundamental yaitu kesehatan dan waktu luang (penting banget coy) serta bertawakal kepada Allah. Dan setelah itu pula kami diharuskan berjanji bahwa apa-apa yang telah kami bicarakan mengenai produktivitas, haruslah punya tindakan.

Ketika itu pula, kami saling berbagi bagaimana caranya membangkitkan semangat. Apa yang dilakukan ketika merasa malas tanpa sebab. Ada yang menepuk-nepuk pipinya sendiri (?), berdialog dengan diri sendiri, memaksa diri, atau memposisikan diri sebagai orang lain. Misalnya dengan menulis di kertas, menulis semacam surat cinta dimana kita memposisikan diri sebagai orang lain yang dekat dengan kita, yang akan ikut merasakan dampaknya jika kita melenceng dari jalur tujuan kita.

Hiks, langsung pengen banjir airmata saat mencobanya. Mencoba memposisikan diri sebagai ibu saya. Metode ini sebenarnya mirip-mirip dengan metode terapi kursi kosong dimana klien dipersilahkan mengeluarkan uneg-unegnya kemudian harus memposisikan diri sebagai seseorang yang menerima uneg-unegnya tersebut.
Rasanya tidak tega ketika saya membayangkan menjadi ibu saya yang putrinya masih dongdong periuk . Mam, maapin Nung yaa....

Kembali lagi ke catatan target 2010.Dua bulan lagi, 2010 berakhir. Tahun yang baru dengan rencana yang baru atau mengulang merencanakan hal-hal yang belum tercapai meskipun masih harus dikaji apakah rencana tersebut masih relevan untuk tahun selanjutnya. Harapan untuk senantiasa panjang umur dan diberkahi meletup-letup. Semoga dan semoga.

Bergeraklah, karena diam itu mematikan!
(ini kalimat siapa ya? Lupa sumbernya).

Surakarta. 28-10-10. 23.59 WIB.



Komentar

  1. huwaaaaa... pengen nangis jugaaaaaa...

    BalasHapus
  2. Kepanikan itu perlu dikendalikan....

    BalasHapus
  3. bergerak atau mati,itu kata2 mbk shita di note fbq.hehe

    BalasHapus
  4. @dek Ute : cup-cup-cup

    @ mba Leil : hehe, iya mbak. harus..

    @ mba Diah : iya ta? tak pikir kata-katanya Mba Asri je mbak...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer