Sensasi Jilid 2

rasanya hidup saya ini memang bikin ketawa. Terutama saya yang melakoninya. Penuh dengan dagelan superserius, serta sensasisensasi unik yang baru sekarang saya sadari kegunaannya.

he.
Entah karena memang saya yang kelewat dudul, aneh, atau cenderung abnormal, nyatanya saya selalu menemukan hal yang aneh serta lucu bahkan sedih pun yang bisa bikin ketawa.

kadangkala, saya suka mencaricari tahu. Tapi begitu saya tahu, saya sering pura-pura tidak tahu. Hingga kondisi tersebut meradang pada cuek akut.

hei, mungkin karena itulah, manusia selalu dinamis dan tidak berada dalam fase kebosanan akut yang bisa mendorongnya untuk mengakhiri kebosanan dengan cara ekstrim. Dosa lagi.

Ngomong-ngomong soal sensasi jilid 2, kemarin saya posting tentang sensasisensasi. Sehari kemudian, pembimbing saya tiba-tiba memberikan alternatif variabel "sensation seeking" sebagai pengganti variabel harga diri untuk judul skripsi saya. Padahal saya blas nggak ada rencana memakai variabel tersebut. Saya aja baru tahu kalo sensation seeking bisa dijadikan variabel penelitian.

apa itu sensation seeking? Yang jelas, cari sensasi! Cari sensasi. Dan saya pengen ketawa ketika nyari teori yang ternyata kebanyakan berkaitan dengan genetika, motif biososial, berdasarkan perbedaan biokimia dari neurotransmitter tertentu dari sistem limbik yang mengatur pendekatan, eksplorasi dan pendekatan umum.

Jyahhh. Hehehe. Kedokteran byanget. Saya meretih-retih mengingat dasar saya empat tahun ini adalah psikologi, bukan kedokteran meskipun saya tercatat sebagai mahasiswi Fakultas Kedokteran.

Sebenarnya sangat menarik. Wew. Okelah. Sensation Seeking.

Sensation Seeking. Ingat-ingat ya.
Kalau nanti malam saya ngimpi tentang sensation seeking, artinya saya sudah keracunan dengan variabel itu.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer