Daun-Daun Kering Yang Ditimpa Hujan

Hujan.
Aromanya khas. Mantep. Campuran tanah basah, daun basah serta angin. Saya terobsesi dengan itu. Andaikan Jean Baptise Grenouille (bener nulisnya?) benar-benar ada, mungkin saya akan minta dibuatkan perfume dengan aroma hujan. Setelah saya menikah tentunya.

Hujan.
Entah malam, siang atau pagi, aromanya sama, dengan suasana berbeda, tetapi rasanya nyaris sama. Hanya nyaris sama. Tidak benar-benar sama. Tetap ada bedanya.

Begitulah. Saya tetap suka hujan. Tetap merasa semakin sedih kala hujan turun ketika tengah sedih. Ketika hujan melecetkan tanah, menaburi tanah kecoklatan untuk menjadi semakin berwarna, maka saat itulah.

Saat itulah.
Daun-Daun kering yang ditimpa hujan. Ia tidak akan menjadi hijau kembali. Ia akan tetap berwarna kecoklatan, lalu kelak membusuk. Tetapi ia telah basah. Yang kering telah basah.

Menjadi basah. Menjadi berbeda. Tetapi sama.

Ah, karepmu.
Terserah.
Whatever.

_Sepekan hibernasi, email saya dihackercracker. Entah siapa. Untung yang jadi korban Abang saya sendiri dan untung saya hanya dimarahi Abang sendiri. Untung mailer-Doraemon pada dua alamat email yang lain. Entahlah, saya gak paham_

Saya, daun-daun kering yang tertimpa hujan.
Terjungkal ke palung tak terdeteksi oleh manusia yang disebut hati
Tampak begini padahal begitu.
Jatuh pelan ke sana.
Gelap sekali karena laut sedemikian luas.
Saya menyukai hujan, tetap membenci kegelapan.

Sekali lagi.
Karepmu.
Terserah.
Whatever.
Karena Rayhanissaa 2010 sedang berjalan menuju Rayhanissa 2008.
Regresi yang membahagiakan...!!!

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer