Skripsi, Nikah, Kerja

Selasa pagi, ketika cuaca sedang cerah-cerahnya dan udara dingin-dinginnya, saya menyusuri jalanan untuk kembali ke perantauan. Melewati pasar Prambanan, becek, ramai, penuh orang jualan dan berjalan cepat-cepat sepanjang rok masih mampu menampung hentakan kaki. Halahh.
Melewati segala aroma rupa jajanan yang melambai-lambai, sayur mayur segar, dan buah-buahan yang mengkilapkilap.

Perasaan saya menangkap seseorang sedang menatap saya. Saya mendongak dan nyengir. Seorang akhwat berjilbab lebar, seusia saya, tersenyum pada saya. Saya nyengir lagi, lalu mendekat dan bersalaman.

"Mau kemana?" tanya beliau ramah.
"Solo" jawab saya.
"Kuliah dimana to? UNS ya?"

Saya mengangguk. Balik bertanya, "Sekarang dimana?"

"Oh, aku udah nikah dan punya anak." dijawab sambil senyum.

Hah? Apa? What? (kumay lebatnya). Saya nyengir, memandang beliau yang lebih mungil dari saya. Rada-rada kehilangan kata-kata, tetapi pembicaraan harus tetep berlanjut. Lalu cerita-cerita sambil jalan. Anaknya satu, usia dua bulan dan suaminya bekerja di Manado. Di rumah makan Wong Solo kalo saya nggak salah konek.

"Tapi sebentar lagi mungkin nyusul ke Manado," katanya.

Kali ini saya tersenyum. Mikirin konsep pernikahan ala Long Distance Love. Hmm...Jogja-Manado. Jogja-Manado. Jogja-Manado. Jogja-Manado. Jogja-.......

Haduhghh...LDL @_@

Lalu beliau bertanya kabar teman-teman yang lain. Saya hanya bisa mengatakan yang saya tahu saja.

Setelah itu, kami berpisah jalan karena beliau mau belanja mengelilingi pasar.

Saya nyengir lagi karena mikir-mikir. Tadi di awal percakapan saya berpikir keras mengenai beliau, beliau ini temen saya sewaktu SMP atau SMA ya? Lupa. Tapi begitu beliau menanyakan tentang teman-teman SMP meskipun kami sebenarnya tidak satu kelas kala SMP, saya yakin beliau tentu saja temen SMP saya.

Sekarang saya nyengir lagi karena semakin mikir. Soalnya saya lupa nama beliau siapa. Reti? Reni? Retno? Novita? Sari?

Tetep aja kagak inget. Kayaknya namanya pake R dan ada Novita-novitanya juga. Tapi saya juga nggak yakin. Ah sudahlah.

Ngomong-ngomong soal pernikahan, kapan giliran saya untuk menikah?
(ngueeeeeenggg)


****

Pukul lima pagi. Lagi asyik pake masker madu. Kriiiiiiiiiiiiing...!!!

Nama di layar. C***_Psi.

Retno : Halloooo....
C***_Psi : Hallo. Hei...bla bla bla bla blekutukblekutuk
Retno : Bla bla bla bla help help help

(dua menit saling bla bla bla bla) Lalu...tiba-tiba...
C***_Psi : No, menurutmu penerimaan diri anak itu di landasan teori harus gimana? Dipisah penerimaan sendiri? anak sendiri? Atau digabung jadi penerimaan diri anak? Atau bagaimana menurutmu?

Retno ketawa sengsara. (Piss sist, kenapa topiknya tiba-tiba jadi mlumpat ke situ?)
Retno : Lha definisi anak-nya udah ada apa belum?
C***_Psi : bla bla bla bla bala bala
Retno : ohhh iya dong bla bla bla bla bala bala bala dewa dewa dewa
C***_Psi : bla bla bla bla bla help help

Akhirnya, dua orang itu : bla bla bla wisuda cap cip cup pendadaran makan uduk kubluk was wes wos beasiswa bla bla bla dosen  dan seterusnya dan seterusnya...

Setengah jam kemudian....
C***_Psi : Eh jangan lupa ya bla bla bla (kembali ke topik awal dimana saling blablabla selama dua menitan)
Retno : Ohh iya oke. Nanti takkonfirmasi lagi. Gini ya bla bla bla
C***_Psi : (salam)
Retno : (menjawab salam).

Sepekan yang lalu diublek-ublek tentang segala kabar skripsi. Kemarin seharian ngobrolin skripsi dan ngeliat-ngeliat poto buat ijazah sekalian referensi tempat foto ijazah mulai dari aturan kerudung, kebaya, tarif, sampai ke penata rias setengah wanita versus penata rias wanita utuh.Lalu pagi yang cerah pun jadi asyik buat ngobrolin benda itu.

Ngomong-ngomong soal skripsi, kapan saya lulus?

(mikir)
Ahh, Belanda masih jauh dari Indonesia...

****

Di suatu tempat,....

"Saya masih berkeyakinan bahwa perempuan itu akan lebih mudah dapat kerjaan jika dia belum menikah."
Yang lain hanya angguk-angguk gak jelas.

Di suatu tempat yang lain dalam waktu yang lain dengan orang yang lain pula. Dua orang sedang berdebat.
"kalau cewek udah nikah itu bakalan susah nyari kerjaan, yakin dah ma gue."
"Idihh, nyatanya juga banyak kok yang bisa kerja."
"Ihhh, buktinya temen gue juga susah nyari kerjaan."
"yaa, nyatanya juga banyak yang dapet kerjaan."
"Ya sudah lihat saja nanti."
"Oke lihat saja nanti. Bisa kok."
"Nggak bisa."
"Bisa."
"Nggak bisa."
"Bisa."
"Nggak bisa!"
"Bisa!"

Retno yang mulai panas kuping dengan perdebatan dua orang yang sebenarnya lebih tua semua darinya tersebut, langsung ngegas : "Udaaaaaaah! Diem semua!"

Di suatu tempat di tempat yang lain dengan orang yang lain pula...
"Kalau kerjaan buat cewek itu, terutama yang udah nikah, cocoknya adalah PNS, guru atau kerja di bank. Soalnya nggak begitu berat, sebenarnya di bank itu juga berat, tetapi lebih besar stressor kalau kerja di perusahaan. Nggak tanggung-tanggung."

Di suatu tempat di waktu yang lain dengan orang yang lain pula.
"Karir seorang perempuan yang utama itu adalah keluarga," (Mario Teguh).

Sederhana. Bermakna. Dan langsung ke tujuan.

Ngomong-ngomong soal kerjaan, saya bertanya-tanya apa yang paling saya inginkan saat ini. (lagi idealis)
Psikolog?
tester?
Guru BK?
Jurnalis?
Penulis?
Ibu Rumah Tangga?

****
Di dalam kamar kost, pagi-pagi ketika sedang menulis paragraf-paragraf di atas.

(Suara ketawa bayi). Sms Masuk. Dari Abang.

"Bla bla bla bla cuti bla bla bla agustus bla bla bla bersama bla bla bla nikah bla bla bla unsur pendukung bla bla bla bla. Gimana nduk menurutmu?"

(rasanya seperti sedang tidur lelap lalu diguyur segentong es batu). Melek. Setengah mencerna sedang diajak ngomong apa. Merespon singkat dengan dua kata. Lalu mikir, ini lagi ngomongin apa sih?

Setengah menit kemudian baru sadar. Dan panik. Langsung menelpon dan teriakan pertama : "Heiii.....!!!"

(Retno, nggak sopan tau...)

****

/campuraduk tulisannya. Jelas untuk dibaca tapi mungkin tidak jelas untuk dimengerti. Biarlah.  Biar senam otak/