Ikrar Tentang Rindu
Pasti bosen dengan beberapa hal terkait saya yang akhir-akhir ini ngomongin soal rindu melulu? Baik itu di twitter, pesbuk atau blog ini akhir-akhir ini pasti ada hal hal yang berkaitan dengan rindu.
Yoa. Saya memang sedang kangen. Sedang rindu dengan cowok manis di seberang pulau sana. Juga rindu keluarga karena sudah berhari-hari saya tak pulang.Tapi yang paling utama ya rindu dan kangen sama cowok itu.
Makanya akhir-akhir ini pula saya galaudeng sendiri. Meluk meluk boneka dan make sarungnya buat tidur, kepikiran terus hingga kebawa mimpi. Berkali-kali saya mimpi tentang sang cowok tersebut, mimpi yang paling bikin saya pengen nangis guling-guling adalah ketika saya mimpi ngeliat beliau ada di hadapan saya dan kemudian meluk saya. Aihh, bangun-bangun langsung bingung mau nangis apa mau seneng.
Terus, saya jadi kangen akut. Plus sensitif bukan main. Jadi sepekanan ini saya nangis-nangis melulu, pagi, siang, sore seringnya malem. Bisa lebih dari dua kali sehari saya nangis. Denger lagu mellow, eh nangis dah. Baca buku yang romantis-romantis, eh nangis lagi meskipun cuma baca satu paragraf. Bahkan sekedar mengingat kenangan-kenangan yang telah dilalui bersama pun cukup membuat saya berkaca-kaca. Bahkan parahnya, saya nangis pas pelatihan jurnal, idiihhh nangis di hadapan temen cowok dan para adek tingkat itu bener-bener nggak banget deh -___-"
Makanya pula, saya lagi nggak mau nonton film Habibie Ainun, 5 cm, The Hobbit dan segala macam film di bioskop meskipun saya pengen nonton. Ini enggak nyambung banget ya. Tapi adegan-adegan romantis sekarang bikin saya pengen nangis lagi, juga suasana dalam bioskop yang rada serem buat nonton film. Biasanya kan saya nonton sama beliau, nggak sendirian.
Dan beberapa waktu terakhir ini, katanya saya jadi penyakitan. Sering demam, pusing, pencernaan nggak beres,sariawan, dudidudidam lah. Imbasnya saya rada nggak konsen juga ngerjain tugas. Idiihh alibi deh, tapi serangan pusing akhir-akhir ini memang cukup bikin saya keliyengan untuk mikir.
Melihat efek galau saya yang mulai merembet ke sosmed,juga ke nafsu makan dan nafsu ngerjain tugas, maka ceritanya saya bertekad untuk move on. Karena rasanya nggak baik, jadi nggak produktif dan awalnya saya pikir rasanya bakalan heboh selama sesaat dan mendatar kembali seperti biasa, tapi yang ini, sampai berhari-hari T.T. Padahal galau semacam ini yang tidak ditanggulangi dengan baik akan berimbas kepada ketidakproduktifan. Yeahh. Semakin saya nggak produktif semakin lama kami bersatu dalam satu atap genteng rumah.
Apalagi ketika tadi sore saya berkesempatan melakukan video call dengan beliau, aduhh rasanya pengen meluk layar lepitop. Apalagi ngeliat senyum cowok itu, ngeliat rambut kriwilnya yang berantakan, senyum jahilnya, sampai giginya yang kecil-kecil pun bikin saya pengen meleleh. Pengen nangis, udah berkaca-kaca, tapi lalu ditahan, soalnya saya jadi jelek banget kalo pas mewek-mewek.
Ya Allah, rasanya melihat beliau masih bisa ketawa, masih bisa senyum, sehat-sehat di sana, membuat saya merasa makin bersalah. Berulangkali saya pengen minta maaf, belum bisa menjadi isteri yang baik untuk beliau, belum bisa melakukan kewajiban dengan baik, aihh makin pengen nangis dah.
Maka tatap muka berbataskan layar laptop pun menjadi obat sementara. Obat penentram hati. Seringkali di kala saya begitu sedih jauh darinya, saya terus membangun keyakinan dalam diri, bahwa lelaki itu milik Allah, biar saya titipkan sama Allah untuk dijaga karena Allah sebaik-baiknya penjaga.
Ya. Ini memang ikrar tentang rindu. Bahwa saya harus mengurangi galau-galau nggak jelas ketika rindu, tapi tidak akan pernah berhenti merindukannya :-).
Komentar
Posting Komentar