Bendu
Saya belum pernah merasakan keengganan untuk berada di dua kota ini, seperti sekarang ini. Saya nyaris membenci kota-kota ini, yang telah menorehkan sejarah penting dalam enam tahun gerak saya di sini. Saya tidak pernah merasakan kesepian dan kesunyian aneh semacam ini. Aneh karena tetap saja saya merasa sepi dan sunyi padahal saya berada di keramaian dan masih ada sahabat-sahabat yang membersamai saya.
Dan cuma satu kota yang mendadak ingin saya tinggali. Sangat ingin saya tinggali. Saya merindukan laut di sana, pohon mangrove yang berjajar, suasana malam yang gemerlap, suara tilawah yang mendahului suara adzannya dan aroma-aroma khas yang ada di sana.
Ya, tuan putri sudah merindukan istananya. Merindukan nyala api kompornya setiap pagi, merindukan kasurnya, merindukan bersembunyi di balik selimut kesayangan, merindukan suara gemericik air dan merindukan sang pangeran yang akan menemaninya menyeduh air jeruk hangat setiap pagi.
Semoga Allah selalu meletakkan kesabaran di hati-hati kita.
*Bendu = Benci dan Rindu :-p
Komentar
Posting Komentar