Nama Saya Retno Mawarni

Saya tidak pernah tahu kenapa nama saya Retno Mawarni. Bapak yang memberikan nama tersebut sejak lebih dari dua dekade yang lalu. Kata temen seangkatan saya di psikologi, nama Retno Mawarni terdengar bagus . Padahal sampai sekarang saya tidak tahu arti nama saya tersebut. Apakah kedua orangtua saya mengharapkan saya punya kecantikan atau perilaku secantik mutiara atau seharum bunga mawar, ataukah Bapak dulu fans berat Iga Mawarni. Bahkan ada yang mengatakan bahwa Bapak terinspirasi nama tersebut ketika beberapa saat sebelum melahirkan saya, Ibu masih sempat berjalan-jalan di seputar rumah sakit bersalin seraya mencium-cium bunga-bunga yang ada di halaman rumah sakit.

Ihh, romantis benjet sih.

Tetapi tetap saja itu tidak menjelaskan kenapa nama saya Retno Mawarni, bukan Retno Melatini, bukan Retno Kambojani, bukan Retno KembangSepatuni, atau bukan Retno Dahliani mengingat bunga mawar bukanlah bunga yang umum ditanam di halaman rumah sakit bersalin.

kemudian soal nama panggilan. Kebanyakan teman dekat saya cenderung memanggil saya dengan akhiran No. Ada yang memanggil Nono. Ada juga yang memanggil Mawar. Sebenarnya saya kurang suka dengan nama panggilan Mawar. Berasa jadi seperti korban apa gitu dan jika laki-laki yang memanggil saya dengan nama tersebut, telinga saya selalu menangkap tendensi-tendensi lain yang membuat saya tidak suka dengan panggilan tersebut.

Dan...nama Retno Mawarni tidak terlalu ngetren di kalangan keluarga. Panggilan saya di rumah sangat jauh terpeleset dari nama asli saya yang kata temen saya merupakan nama cantik tersebut. Masa nama asli Retno Mawarni dipanggil Menung? Terkadang ada pula yang memanggil saya dengan lebih mesra yaitu Dek Nung.

Apa pula arti Menung? Saya juga tidak tahu. Sekali lagi Bapak lah yang memberikan nama panggilan tersebut. Dan sepertinya Bapak (mungkin) merupakan lelaki misterius yang sulit ditebak. Tetapi apapun arti Retno Mawarni atau Menung, saya tetap cinta dengan lelaki yang telah memberi nama tersebut.

Nama Retno Mawarni juga tidak terlalu familiar di kalangan tetangga. Entah karena memang aslinya saya udah kagak ngetren dari sononya di kalangan tetangga, ataukah memang saya hanya cukup dikenal dengan nama Retno saja. Alkisah, ceritanya saya nge-add pesbuk anak tetangga. Rumahnya sebelah rumah saya, lumayan sering ketemu meskipun jarang ngobrol, setidaknya cukup sering menyapa atau melempar senyum ketika saya tengah nyapu di depan rumah. Seorang adek laki-laki. Dan saya diapprove.
Beberapa hari kemudian, saya diajak chatting oleh adek tersebut.

Adek : Hiiiii....
Saya : (bertanya-tanya dalam hati) hai juga.
Adek : Lagi apa?
Saya : Onlen? (emang ngapain lagi?)
Adek : Eh eh ini retno siapa ya?
Saya : (makjleebb. Alamak. kemarin kita baru aja lempar-lemparan senyum). Ini Retno Mawarni. Tetangga sebelah rumah Dek.
Adek : (lama tidak menjawab)

kemudian...
Adek : Ohhh, hehe. Maaf2 mbak, aku pikir Retno temenku SD
Saya : ???
(aku kakak kelasmu SD dek)

Tapi ya sudahlah. Mungkin nama Retno Mawarni memang rada pasaran. (kenapa juga saya musti shock dengan hal tersebut?), Kemudian ceritanya ada urusan yang saya harus saya lakukan dengan kakak dari tetangga saya. Kakaknya menitipkan sesuatu untuk saya melalui tetangga saya. Dan tetangga saya bercerita betapa lamanya beliau mikir-mikir : ini titipan untuk Retno yang mana sih? Apa Retno adiknya Siswi itu ya?

Jadi, haruskah saya mengenalkan diri dengan nama Retno Mawarni?
*narsis amat

Nama saya Retno Mawarni dan saya muslim