Para Penjual Senyum
Ada negeri di ujung sana, dimana penduduknya menjadi para penjual dan pembeli senyum.
Penjual senyum satu senti, menawarkan maukah kamu membeli senyumku? Dengan uangmu?
Sang pembeli menolak, maaf aku tidak membeli senyum satu senti.
Sang penjual masih mengejarnya. Menawarkan senyum dua senti, maukah kamu membeli senyumku, dengan uangmu?
Sang pembeli menatapnya, berapa? Dua ratus ribu?
Sang penjual menolak, pembeli berlalu dari hadapannya.
Sang penjual mengejarnya, maukah kamu membeli senyumku ? tiga senti ?
Tidak tulus, kata sang pembeli.
Sang penjual masih mencoba mengejarnya. Menawarkan senyum lima sentinya. Maukah kamu membelinya?
Sang pembeli menolaknya. Masih belum tulus, aku tidak mau membuang uangku untuk senyuman yang tidak tulus.
Sang penjual senyum masih berusaha, lalu menawarkan senyum enam sentinya. Keluarkan uangmu untuk membeli senyum enam senti ini.
Sang pembeli masih menolak. Terlalu mahal untuk senyuman enam senti.
Sang penjual tidak putus asa. Ia langsung menawarkan senyuman delapan sentinya. Ini adalah senyuman terbaikku, maukah kamu membelinya dengan uangmu?
Pembeli menimbang-nimbang. Senyummu kubeli dengan uangku?
Ya, jawab sang penjual. Begitulah aturan di wilayah ini. Senyum selalu harus dibeli dengan sesuatu.
Aku tidak mau membeli senyummu, kata sang pembeli. Itu bukan senyum yang tulus jika harus ditukar dengan sesuatu.
Sang penjual sedikit putus asa. Baiklah, kamu tidak perlu mengeluarkan uang. Belilah senyumku dengan pujianmu.
Sang pembeli menolak.
Dengan sanjunganmu? Desak sang penjual putus asa.
Pembeli makin menolak.
Penjual putus asa. Penjual berpikir keras agar pembeli mau membeli senyumnya. Senyum delapan sentinya harus segera terjual.
Baiklah, penjual menghela nafas. Maukah kamu membeli senyumku dengan senyum delapan sentimu juga?
Sang pembeli menjabat tangannya. Aku setuju. Aku beli senyummu dengan senyumku. Dibayar tunai. Sah.
Sah, kata penjual tegas.
Lalu mereka sama-sama tersenyum. Mereka sama-sama menjual senyum.
(Senyuman mampu memberitahukan kekayaan hati kita ^_^)
Penjual senyum satu senti, menawarkan maukah kamu membeli senyumku? Dengan uangmu?
Sang pembeli menolak, maaf aku tidak membeli senyum satu senti.
Sang penjual masih mengejarnya. Menawarkan senyum dua senti, maukah kamu membeli senyumku, dengan uangmu?
Sang pembeli menatapnya, berapa? Dua ratus ribu?
Sang penjual menolak, pembeli berlalu dari hadapannya.
Sang penjual mengejarnya, maukah kamu membeli senyumku ? tiga senti ?
Tidak tulus, kata sang pembeli.
Sang penjual masih mencoba mengejarnya. Menawarkan senyum lima sentinya. Maukah kamu membelinya?
Sang pembeli menolaknya. Masih belum tulus, aku tidak mau membuang uangku untuk senyuman yang tidak tulus.
Sang penjual senyum masih berusaha, lalu menawarkan senyum enam sentinya. Keluarkan uangmu untuk membeli senyum enam senti ini.
Sang pembeli masih menolak. Terlalu mahal untuk senyuman enam senti.
Sang penjual tidak putus asa. Ia langsung menawarkan senyuman delapan sentinya. Ini adalah senyuman terbaikku, maukah kamu membelinya dengan uangmu?
Pembeli menimbang-nimbang. Senyummu kubeli dengan uangku?
Ya, jawab sang penjual. Begitulah aturan di wilayah ini. Senyum selalu harus dibeli dengan sesuatu.
Aku tidak mau membeli senyummu, kata sang pembeli. Itu bukan senyum yang tulus jika harus ditukar dengan sesuatu.
Sang penjual sedikit putus asa. Baiklah, kamu tidak perlu mengeluarkan uang. Belilah senyumku dengan pujianmu.
Sang pembeli menolak.
Dengan sanjunganmu? Desak sang penjual putus asa.
Pembeli makin menolak.
Penjual putus asa. Penjual berpikir keras agar pembeli mau membeli senyumnya. Senyum delapan sentinya harus segera terjual.
Baiklah, penjual menghela nafas. Maukah kamu membeli senyumku dengan senyum delapan sentimu juga?
Sang pembeli menjabat tangannya. Aku setuju. Aku beli senyummu dengan senyumku. Dibayar tunai. Sah.
Sah, kata penjual tegas.
Lalu mereka sama-sama tersenyum. Mereka sama-sama menjual senyum.
(Senyuman mampu memberitahukan kekayaan hati kita ^_^)
Senyuuum....sampekgigikering... :-)
BalasHapusKalo dibayar pake cinta mau gak, bu penjual?
BalasHapusemang betah?
BalasHapushehehe....
mau-mau-mau....hehe
BalasHapus