(-_-)
Sungguh, ingin sekali rasanya duduk di hadapan kalian, menggenggam tangan kalian seraya menengadah dan mengatakan, "Maafkan saya. Maafkan saya untuk banyak hal. Maafkan saya atas segala hal yang disebabkan oleh saya. Maafkan saya karena tidak pernah menyemai subur harapan-harapan kalian. Maafkan saya karena memilih memangkas harapan-harapan tersebut. Maafkan saya karena tidak berusaha untuk berusaha. Maafkan saya karena belum menepati janji. Maafkan saya karena memilih mneyimpannya sendiri. Maafkan saya yang mungkin tidak tahu terimakasih. Maafkan, tolong... Demi Allah, maafkan saya...."
Tetapi saya tidak pernah mampu melakukannya dengan baik. Saya tidak pernah mampu memandang mata kalian dan melihat cahaya-cahaya jiwa redup yang meredup karena saya. Saya belum mampu membuat perubahan kendati saya tahu ini sudah terlalu lama, sudah terlampau menyakitkan, sudah terlalu banyak menggerogoti jiwa, sudah terlalu melelahkan meski hanya sekedar jadi penonton. Saya pun tidak mampu untuk menggenggam tangan kalian karena kala itu pasti aura melankolis serta sentimentil akan pecah berhamburan, serpihannya menusuk tajam dimana-mana dan saya tahu, saya tidak tahan untuk menahan sakit karena serpihan tersebut.
Karena saya meletakkan sebagian kebahagian saya kepada kalian. Karena saya meletakkan air mata saya di waktu-waktu yang kalian punya. Karena saya mencintai kalian. Cinta tanpa kata, tanpa aksara, bahkan nyaris tanpa goresan laku. Tetapi, siapa pula yang berhak mengatakan bahwa cinta itu tak pernah ada?
Cinta itu ada. Nyata di sini. Di tempat saya memandang kalian, merasakan perasaan kalian dan mencintai kalian dengan cara saya sendiri.
Karena itu, tolong maafkanlah saya.
Komentar
Posting Komentar