Cerita Tentang Bola
Sabtu pekan lalu, suami saya pulang kampung selama dua hari saja. Jadi hari sabtu berangkat dari Bontang, senin pagi sudah pulang lagi ke Bontang. Sebenarnya selain nonton tim sepakbola kesayangannya, juga ada misi khusus. Nganterin Bapak pulang ke Jawa sekaligus yaaahh kangen istli telcinta ini :-p.
Saya baru dapat kabar kepastian suami mau pulang sehari sebelum kepulangan beliau -__-". Sabtu pagi saya sudah naik bis menuju ke stasiun Balapan untuk cari kereta jam 8.45. Eh ndilalah, jadwal di internet berbeda dengan realita di lapangan kereta. Kereta yang ada hanyalah Madiun Jaya yang sudah berangkat pukul 8.12 dan selanjutnya adalah Sriwedari AC yang baru ada pukul 11.10.
Daripada kelamaan nunggu, maka saya pun naik bis saja ke Jogja. Jalan keluar dari stasiun dan nunggu di daerah Proliman. Dapet bis, perjalanan ke Jogja selama dua jam, sampai rumah dan langsung nabok-nabok suami #ehh.
Berhubung masa ketemu yang singkat ini, saya pun berusaha semaksimal mungkin ngintilin kemanapun suami pergi. Ke dapur saya ikutin, ke kamar saya ikutin juga, ke teras depan pun saya ikutin :-P. Hihi, nggak segitunya ding. Maksudnya itinerary di Jogja yang disusun suami semua saya ikutin, meskipun yaaahh tentu saja berkaitan dengan bola.
Sabtu itu, selepas Dhuhur, kami jalan ke Jogja cari PSS Store. Nggak tau alamatnya dan hanya berbekal kata Condongcatur :-P. Tapi akhirnya ketemu. Di sana nyari apa yang ada. Adanya jaket sama bantal. Jersey belum ada. Suami beli jaket sama bantal. Bantalnya lucu ya. *pecintabantal
Setelah itu berpedas-pedas ria di SS, makan, sholat Asar, bungkus makanan buat orang rumah, pulang ke rumah, sungkem sama orang rumah, lalu beres-beres.
Sementara rokok itu adalah oleh-oleh ketika selepas maghrib kami ke Jogja lagi :-D. Masih di hari sabtu, setelah siang hari kami ke Jogja, pulang, habis maghrib ke Jogja lagi. Iseng nengokin acara ulangtahun PSS di Stadion Maguwoharjo (MIS) yang katanya dimeriahkan oleh Shaggy Dog, Produk Gagal dll. Saya yang belum pernah masuk ke MIS (yee kemane aje), rada was was juga dengan acara musik yang seringkali tidak jauh dari rokok dan orang mabuk. Sempat lihat orang menceracau di dekat parkir motor (sepertinya mabuk) dan suami dengan santai berkata, "kalau dia sopan, saya juga sopan."
*padahal ane udah kekep kenceng tangan suami. Selalu horor liat orang begituan.
Tiket masuk 5000 rupiah perorang, dapet sekotak rokok isi 4 biji, tapi kami nggak ambil rokoknya karena nggak ngrokok meskipun mas panitia sempat bilang, "rokoknya bisa dijual lagi lho mas." Terus dicap di kulit. Suami dapat stempel di leher, saya dapetnya di punggung tangan kiri. Mbak-mbak yang nge-cap sempat nyengir, bingung mau nge-cap saya di bagian mana karena sebelumnya asal cap-cap di wajah penonton yang mau masuk ke dalam arena.
Syukurlah pas mau masuk ke arena diperiksa dulu bawaannya. Kami masuk ke dalam arena panggung, tapi tidak terlalu dekat dengan keramaian. Ada band yang sedang manggung tapi saya nggak tahu band apa. Jadi kelakuan kami berdua cuma berdiri menatap panggung sambil saya kekep kenceng tangan suami. Takut ilang. Maksudnya, saya yang takut ilang dalam keramaian semacam ini.
Saya baru ngeh kalau mayoritas yang nonton adalah BCS alias Brigata Curva Sud, salah satu komunitas pendukung PSS Sleman. Sebagian besar terlihat memakai kaos hitam dan yang menarik adalah mayoritas datang dengan memakai sepatu. Bahkan saya menjumpai seorang mbak-mbak yang memakai baby doll (semacam piyama tidur dengan celana pendek) yang dilapis jaket dan tetap memakai sepatu.
*langsung ngeliatin kaki sendiri yang terbungkus selop punya emak dan sangat tidak ergonomis untuk berlari cepat. --maksudnya apa--
Jam delapan kami beranjak pulang. Apalagi suami kan sedang membawa anak gadis orang, tidak baik pulang malam-malam #eh
Sempat makan bakso di daerah Kalasan. Saya doang yang makan dan suami saya numpang tidur sebentar di meja -___-". Beliau ngantuk sepertinya karena jumat malam harus berangkat jam 11 malam untuk perjalanan darat menuju Balikpapan agar bisa naik pesawat pagi di Sepinggan. Bontang-Balikpapan sekitar 5 jam boookkk.
Hari kedua, agenda kami masih berkaitan dengan PSS. Apalagi kalau bukan nonton pertandingan PSS vs Persis. Jadwal pertandingan pukul 15.30 dan suami sudah janjian berangkat jam 2 siang dengan seorang tetangga sekaligus teman SD kami untuk menonton pertandingan. Saya? Tentu saja menguntit suami :-D.
Seharian sebelum pukul 2 siang kami habiskan dengan lebih banyak berada di rumah. Beres-beres, nganterin oleh-oleh, nambal ban motor, beli es krim dan sebagainya. Pukul dua siang, kami berangkat menuju ke stadion bersama tiga teman lainnya. Cuaca Jogja masih belum menentu. Kadang hujan gerimis, kemudian cerah dan mendung lagi.
Mendekati MIS, sudah terlihat keramaian suporter hijau-hijau dan hitam-hitam. Parkir motor, beli tiket, naik ke atas stadion, diperiksa barang bawaan di dekat pintu masuk dan duduk di tribun merah. Pertandingan belum dimulai tapi penonton sudah lumayan banyak. Nah, pertanyaannya saya waktu itu adalah, kami mau sholat Asar dimana?
Jadilah kami sholat di sini
Foto berasal dari sini
Foto ini diambil oleh adik teman SD kami. Mushola MIS terlalu kecil sehingga harus antri dan akhirnya malah berinisiatif sholat di situ. Awalnya ngerasa aduh kok sholatnya di sini, masa diliatin orang-orang yg pada lewat eh malah kemudian jadi banyak yang gabung ikutan sholat. Yo wes lah.
Pertandingan pun dimulai. Waduhh, hujan rol kertas di dekat gawang. Rol kertasnya sampai menggunung. Saya merasa wow juga melihat para BCS dan Slemania mulai berdiri sambil bernyanyi sepanjang pertandingan. Sesekali flare menyala.
Dan ini adalah koreo dari BCS pada saat yang sama. Enggg...maaf saya nggak paham ini melambangkan apa. Foto ini juga diambil dari akun pesbuk suami saya dan saya masih belum tahu sumber foto ini darimana. Karena rasa-rasanya ketika saya memotret sepanjang pertandingan berlangsung, saya menghindari memotret ketika kepala orang lain ikut nongol di layar kamera pada saat saya memotret dari tribun merah :-P.
Pertandingan dimenangkan oleh PSS 1-0. Saya tidak ingin berkomentar tentang jalannya pertandingan, insiden-insiden di sana atau tingkah laku para suporter, karena yah itu terlalu sensitif dibahas oleh orang awam yang baru sekali nonton pertandingan bola secara langsung dan juga tidak tahu tentang sejarah yang sudah berlalu.
Selepas maghrib ketika banyak orang masih bertahan di dalam stadion, kami memutuskan untuk keluar terlebih dahulu karena akan bertemu mas-mas dari PSS Store. Jadilah kami berjalan dari luar tribun merah menuju ke luar tribun biru. Andai saja saya berjalan sendirian di sana, saya kok nggak yakin bakalan bisa menemukan parkiran motor kami karena di luar segalanya tampak sama. Sempat ketika sedang berjalan tersebut, ada gerudukan di belakang kami. Beberapa orang berlari-lari menyuruh pintu dibuka untuk mengeluarkan ambulans. Belum lagi tiba-tiba kami bertemu seorang lelaki yang mungkin sedang mabuk, bertelanjang dada dan memaki keras-keras salah satu komunitas suporter. Kami segera menjauh, menjumpai mas-mas dari PSS Store yang berpesan agar kami berhati-hati saat pulang ke Prambanan.
Kami beranjak pulang, sholat maghrib di masjid pinggir jalan dan nyempil-nyempil cari jalan alternatif agar tidak bertemu kerumunan suporter. Sempat nggak ngeh dengan jalan yang kami lalui karena asing sekali rasanya, tapi akhirnya ketemu jalan raya besar dan kami ketemu lagi sama gerombolan suporter -_-"
Akhirnya kami makan dulu, berharap jalanan akan terlihat lebih netral selama kami makan. Selesai makan, pulang dan daerah Prambanan agak macet, banyak polisi di sana, kabarnya sih suporter dari Solo tidak dizinkan masuk ke daerah Jogja untuk melihat pertandingan. Riwayat bentrok antar kedua kubu pada masa lalu membuat... eh kok saya jadi ngomentarin tentang suporter.
Hari itu selesai, packing-packing dan esoknya pukul enam pagi, suami sudah pulang ke Bontang T.T
Komentar
Posting Komentar