0 kilometer!
Saya mengalami hari-hari yang panik akhir-akhir ini, apalagi kalo bukan urusan akademis. Ada hari-hari dimana saya merasa bahwa seharusnya satu hari adalah 30 jam :-D. Di kemepetan waktu menjelang lebaran serta target-target ramadhan yang belum tercapai, tiba-tiba saja saya harus sakit.
Nggak tiba-tiba juga sih. Awalnya karena saya pulang malam, lupa habis darimana, cuaca juga sedang dingin-dingin keras, stres menjelang ujian juga dan taraaaa...pileklah saya. Ini flu yang sungguh menyiksa, apalagi datang di saat saya harus mengurus banyak hal, bahkan keluar malam hingga jam setengah sepuluh pun harus saya lakukan di saat kondisi sedang tidak fit tersebut. Mau bagaimana lagi. Namun syukur Alhamdulillah, saya benar-benar merasakan betapa banyak teman yang berjibaku membantu saya, mengantarkan saya mencetak 600 halaman kertas :-D, mengantarkan saya malam-malam hingga underpass, membantu belanja parcel satu kardus besar, bahkan membuatkan saya jahe merah hangat. Aih, pengen ciyum dan peluk satu-satu.
Berhubung saya harus ujian, maka saya berusaha agar saya segera fit di hari ujian, bagaimanapun caranya. Kepala sakit, pusing, badan demam, hidung mampet, tenggorokan sakit, batuk, aih benar-benar nikmatnya sehat itu. Maka tiga hari berturut-turut saya menelan obat dengan cara mengunyahnya, selepas buka dan setelah sahur. Bisa ditebak, saya jadi molor habis minum obat. Diajak ngobrol pun nggak konsen, di kampus pun saya ngegeletak di ruang himapsi, pengennya tidur melulu. Dan puasa memang terasa lebih ajib pada saat seperti itu, tenggorokan gatel dan kering luar biasa, belum lagi kalo keluar kosan siang-siang, panasnya nyelekit banget. Duhh, baru segitu aja udah ngeluh ya.
Terus, saya pun keranjingan makan vitamin C, apalagi obat flu yang saya minum tidak berdampak secara signifikan. Habis buka puasa saya minum jahe anget, makan permen pelega tenggorokan, irit ngomong bahkan saya menghindari berdebat yang tidak penting karena suara saya mulai serak. Syukur Alhamdulillah, pada malam sebelum ujian, sakit kepala saya sudah hilang, tapi masih sentrup2, suara serak dan mual yang kadang-kadang datang. Saya coba latihan presentasi dan ehh saya malah batuk-batuk mau muntah karena kerongkongan kering memicu keinginan untuk muntah.
Maka pada hari ujian pun, pasrahlah sudah. Cuma bisa cengar-cengir meski kadang saya kayak orang nggak mood karena kebanyakan diam (sesungguhnya saya malas ngomong banyak karena leher sakit). Pas ujian dan selesai presentasi pun rasanya pengen minum segalon karena kerongkongan kering banget. Huehue, Alhamdulillah, done!
Done!
Sekarang saya masih batuk dan sentrup-sentrup, tapi sudah lebih baik dan mood saya lumayan membaik dengan sangat signifikan :-.
Nggak tiba-tiba juga sih. Awalnya karena saya pulang malam, lupa habis darimana, cuaca juga sedang dingin-dingin keras, stres menjelang ujian juga dan taraaaa...pileklah saya. Ini flu yang sungguh menyiksa, apalagi datang di saat saya harus mengurus banyak hal, bahkan keluar malam hingga jam setengah sepuluh pun harus saya lakukan di saat kondisi sedang tidak fit tersebut. Mau bagaimana lagi. Namun syukur Alhamdulillah, saya benar-benar merasakan betapa banyak teman yang berjibaku membantu saya, mengantarkan saya mencetak 600 halaman kertas :-D, mengantarkan saya malam-malam hingga underpass, membantu belanja parcel satu kardus besar, bahkan membuatkan saya jahe merah hangat. Aih, pengen ciyum dan peluk satu-satu.
Berhubung saya harus ujian, maka saya berusaha agar saya segera fit di hari ujian, bagaimanapun caranya. Kepala sakit, pusing, badan demam, hidung mampet, tenggorokan sakit, batuk, aih benar-benar nikmatnya sehat itu. Maka tiga hari berturut-turut saya menelan obat dengan cara mengunyahnya, selepas buka dan setelah sahur. Bisa ditebak, saya jadi molor habis minum obat. Diajak ngobrol pun nggak konsen, di kampus pun saya ngegeletak di ruang himapsi, pengennya tidur melulu. Dan puasa memang terasa lebih ajib pada saat seperti itu, tenggorokan gatel dan kering luar biasa, belum lagi kalo keluar kosan siang-siang, panasnya nyelekit banget. Duhh, baru segitu aja udah ngeluh ya.
Terus, saya pun keranjingan makan vitamin C, apalagi obat flu yang saya minum tidak berdampak secara signifikan. Habis buka puasa saya minum jahe anget, makan permen pelega tenggorokan, irit ngomong bahkan saya menghindari berdebat yang tidak penting karena suara saya mulai serak. Syukur Alhamdulillah, pada malam sebelum ujian, sakit kepala saya sudah hilang, tapi masih sentrup2, suara serak dan mual yang kadang-kadang datang. Saya coba latihan presentasi dan ehh saya malah batuk-batuk mau muntah karena kerongkongan kering memicu keinginan untuk muntah.
Maka pada hari ujian pun, pasrahlah sudah. Cuma bisa cengar-cengir meski kadang saya kayak orang nggak mood karena kebanyakan diam (sesungguhnya saya malas ngomong banyak karena leher sakit). Pas ujian dan selesai presentasi pun rasanya pengen minum segalon karena kerongkongan kering banget. Huehue, Alhamdulillah, done!
Done!
Sekarang saya masih batuk dan sentrup-sentrup, tapi sudah lebih baik dan mood saya lumayan membaik dengan sangat signifikan :-.
Komentar
Posting Komentar