Kebetulan
Dulu, saya tidak peduli mengenai hal ini. Eh bukan, tepatnya tidak tahu menahu mengenai perasaan-perasaan semacam ini dan menganggap semuanya hanya kebetulan semata. Tetapi setelah dipertegas bahwa tidak ada kebetulan-kebetulan di dunia ini, maka saya pun meyakini bahwa ini memang bukan kebetulan-kebetulan semata.
Daniel Golleman (ceileeehhh ngomongin pak Daniel) menyebutkan dalam bukunya seperti ini, "ketelitian paling empatik terjadi pada suami istri yang reaksi fisiologisnya sejalan dengan pasangannya yang sedang mereka tonton. Artinya, ketika pasangan mereka menunjukkan respon peningkatan peluh, mereka pun berpeluh, bila pasangan mereka detak jantungnya melambat, mereka pun demikian. pendek kata, tubuh mereka menirukan reaksi-reaksi fisis tak kentara dari saat ke saat pada pasangan mereka. Seandainya pola fisiologis penonton sekedar mengulangi pola mereka sendiri selama berlangsungnya interaksi asli, mereka sama sekali tidak peka menangkap apa yang dirasakan pasangannya. Hanya apabila tubuh mereka seirama terdapat EMPATI."
Aseli, saya rada bingung dengan kata-kata ini. Maklumlah buku terjemahan. Bahasanya bikin mata berkeriut-keriut. Tetapi inti dari semua ini memang tentang empati. Ya tentang empati. Gelombang perasaan. Jalur perasaan. Seperti kala kita ikut menguap jika orang di hadapan kita menguap.
Komentar
Posting Komentar