Memangnya, kenapa dengan psikologi?
Siang ini cuaca sedang cerah-cerahnya. Langit tanpa mendung, udara normal dan netral dan saya nonton dream high. Hihih. Drama korea yang satu itu memang racun, awalnya saya biasa aja liatnya karena setiap siang saya punya kebiasaan nungguin pak tukang sambil nonton tipi. Akhirnya setelah dilihat-lihat, hmmm...lumayan juga.
Kemudian, tiba-tiba, dok-dok-dok! Terdengar suara ketukan pintu. Suaranya asing. Dan saya selalu mikir-mikir siapa datang berkunjung, mengingat saya jarang dikunjungi tanpa janji (ceilaahh), tidak ada kawan yang mengabari akan datang berkunjung, listrik sudah dibayar kemarin sore serta sudah tidak ada rapat lagi.
Suara ketukan semakin terdengar. Kenceng, penuh semangat dan agresif. Saya lihat dari balik jendela beberapa orang berseragam putih hitam, kira-kira enam orang. Hweiii, apa-apaan inihhh?
Pintu saya buka. Seorang gadis muda tersenyum pada saya. Bicara cepat sekali, panjang lebar menguraikan maksud tanpa memberikan jeda kepada saya untuk bertanya. Saya sampai berasa sesak napas mendengarkannya dan saya mau beranjak pergi untuk mengambilkan barang karena saya butuh ruang untuk berpikir serta meredam aroma persuasifnya yang sangat kentara.
Saya kembali lagi sambil ngebawa odol. Odol? Iya, odol atau pasta gigi. Sudah ada enam orang duduk jentrek-jentrek di ruang tamu saya dan tentu saja sang gadis yang duduk di sebelah saya. Sekilas pandang, saya melihat seorang lelaki paruh baya yang sepertinya merupakan senior di antara mereka.
Mereka ini kenapa sih? Saya ngeh kalau ujung-ujungnya masalah uang. Tetapi sungguh lucu ketika saya ditanya pabrik utama pembuat odol yang sedang saya pegang berada di kota mana. Surabaya atau Medan hayooo?
Saya berasa kayak anak TK ditawari permen coklat. Baiklah, akan saya layani karena saya butuh hiburan pula.
"Surabaya," jawab saya.
Gadis itu menggenggam tangan saya. Hmm..., saya salut dengan gaya bicaranya. Cepat, tegas, persuasif, tanpa ampun, hajar (eh?), dan genggaman tangannya yang kuat.
"Selamat Mbak, jawaban anda benar!"
Asli, mereka semua langsung berteriak horeeeee! Seraya plok-plok tepuuk tangan. Saya bengong. Ibuk sampai melongok keluar dan mereka langsung serentak menyapa "Ibuuuuuu"
*Makin berasa sedang di TK
Kemudian, selanjutnya, setelah itu, bisa ditebak. Ini tentang kompor gratis, tentang pajak hadiah berapa persen. Tetapi saya suka dengan pilihan kata-katanya. Bagus, memaksa secara halus, elegan serta riang.
Hingga akhirnya, saya ditanya, kuliah dimana?
Saya jawab, "Psikologi."
Hingga momen mengharukan tersebut terjadi. Semua diam. Termasuk gadis di hadapan saya.
(Kenapa selalu ada sikap-sikap seperti itu? Kenapa selalu ada pertanyaan : hwaaahh, berarti tau dong saya orangnya kayak gimana?)
Kemudian, momen-momen mengharukan selanjutnya terjadi kembali. Sepertinya mereka melupakan misi serta tujuan mereka datang ke rumah ini. Saya ditanya-tanya mengenai psikologi, kenapa para psikolog bisa menebak pikiran orang lain, kenapa psikolog bisa mengetahui karakter orang lain, apa itu tiga senjata yang digunakan para psikolog, apa itu tes psikologi.
Dan, jadilah saya yang banyak bicara di hadapan mereka. Mereka diam mendengarkan saya ngomong panjang lebar mengena karakter, tes psikologi, observasi, wawancara dan lain-lain. Seumur-umur, baru kali ini saya melakukan hal seperti ini.
Memangnya, kenapa dengan psikologi?
*Ngunyah onde-onde
hahaha
BalasHapusending yang tidak sesuai perkiraan :D
Endingnya, saya disalami dan dibilangin : "Makasih ilmunya ya Mbak..."
BalasHapus:-D
Salam kenal Mbak Andiah :-)
kalo saya karakternya gimana, mbak?
BalasHapus*ngetes anak psikologi
supel, ramah, rada-rada polos dan lugu
BalasHapushmm apalagi yahh?
(sebentar, saya tanya temen SMA saya dulu :-p)
qeqe... polkadot sekalian..
BalasHapuseit, jangan salah, mbak.. saya punya banyak kepribadian loh
yang mbak sebutin mah hanya cuilannya... =))
ahh kepribadian kan kecenderungan yang sifatnya dinamis :-P
BalasHapusseru juga bacanya....
BalasHapuscukup menghibur.... :)