Gunanya Kecoak, Gunanya Cinta, Gunanya Teori, Gunanya Masalah
Kita selalu belajar. Sungguh, kita belajar dari kehidupan ini. Tidak ada sesuatu yang sia-sia, kecuali kita sendiri yang menyia-nyiakannya.
Suatu ketika, saya pernah ditanya seseorang adek, mbak kenapa rasa cinta itu harus ada jika pada suatu saat kita tidak bias memilikinya? Jika suatu ketika kita melihat kenyataan bahwa orang yang kita cintai telah menjadi milik orang lain? Kenapa Tuhan menciptakan rasa cinta pada diri si A untuk si B jika pada akhirnya si B justru menjadi milik si C? apa gunanya rasa cinta itu mbak ?
Gunanya (menurut saya) adalah untuk merasakan. Memanusiakan. Mengetahui. Mengerti. Menerima. Begitulah.
Jika kita tidak pernah jatuh cinta, bagaimana kita tahu rasanya sakit hati itu? Kita tidak akan pernah tahu rasanya menangis, rindu, sakit hati karena kita mencintai orang lain. Cinta mengajari kita untuk tahu bagaimana rasanya emosi-emosi yang berkaitan dengan cinta. Cinta mengajari kita mengerti orang lain. Cinta mengajari kita menerima orang lain, menerima kenyataan. Cinta mengajarkan kita rasa pernah memiliki kemudian kehilangan. Karena cinta tidak hanya tentang memiliki, tapi juga kehilangan. Cinta juga mengajarkan untuk mengetahui, mengetahui bahwa mungkin orang yang kita cintai tidak cocok untuk kita. Dan sebagainya.
Suatu ketika, seorang sahabat pernah bertanya banyak hal. Tentang hidup. Tentang emosi. Tentang rasa. Tentang cinta. Hingga pertanyaan-pertanyaan itu membawa ke sebuah perdebatan panjang, nyaris ke pertengkaran dan membawa pada kesimpulan sahabat tersebut seperti ini, betapa mudahnya bicara itu, betapa mudahnya teori itu dikatakan (sebenarnya bahasa kasarnya bilang gini loh : ah, teori teh…)
Tentu saja, saya setuju dengan kesimpulan itu. Tapi kita tahu, bahwa teori pun akan tetap selamanya jadi teori jika kita tidak pernah mempraktekkannya dan mengaplikasikannya. Itulah gunanya teori. Teori mengajari kita tentang apa dan kenapa, sedangkan urusan bagaimana adalah kemampuan kita menangkap pengertian dari teori tersebut. Jadi memang mudah saja bicara teori, apa susahnya sih?
Seperti kata Dee dalam Petir, gunanya kecoak adalah jadi makanan cicak. Lucu. Lucu. Lucu. Ternyata cicak juga bisa frustrasi, nelen makhluk yang lebarnya lebih besar dari lebar badannya sendiri. Gunanya nyamuk adalah sumber kehidupan perusahaan obat nyamuk, perusahaan iklan,peneliti demam berdarah, artis iklan obat nyamuk de el el.
Gunanya masalah adalah....... eeeng....(mikir lama)
Tergantung masing-masing orang. Tergantung bagaimana tiap orang memaknainya. Bias jadi ada yang memaknainya sebagai tantangan, sarana mendewasakan, sarana penguras air mata, penyebab gila, penyebab hidup ini tidak berarti serta frustrasi bahkan makanan sehari-hari.
Ya, karena seharusnya kita selalu belajar.
ada yang mau menambahkan?
(catatan di suatu malam banyak bintang tapi hawa dingin meradang)
(diposting sembari menunggui teman yang sidang pendadaran)
Suatu ketika, saya pernah ditanya seseorang adek, mbak kenapa rasa cinta itu harus ada jika pada suatu saat kita tidak bias memilikinya? Jika suatu ketika kita melihat kenyataan bahwa orang yang kita cintai telah menjadi milik orang lain? Kenapa Tuhan menciptakan rasa cinta pada diri si A untuk si B jika pada akhirnya si B justru menjadi milik si C? apa gunanya rasa cinta itu mbak ?
Gunanya (menurut saya) adalah untuk merasakan. Memanusiakan. Mengetahui. Mengerti. Menerima. Begitulah.
Jika kita tidak pernah jatuh cinta, bagaimana kita tahu rasanya sakit hati itu? Kita tidak akan pernah tahu rasanya menangis, rindu, sakit hati karena kita mencintai orang lain. Cinta mengajari kita untuk tahu bagaimana rasanya emosi-emosi yang berkaitan dengan cinta. Cinta mengajari kita mengerti orang lain. Cinta mengajari kita menerima orang lain, menerima kenyataan. Cinta mengajarkan kita rasa pernah memiliki kemudian kehilangan. Karena cinta tidak hanya tentang memiliki, tapi juga kehilangan. Cinta juga mengajarkan untuk mengetahui, mengetahui bahwa mungkin orang yang kita cintai tidak cocok untuk kita. Dan sebagainya.
Suatu ketika, seorang sahabat pernah bertanya banyak hal. Tentang hidup. Tentang emosi. Tentang rasa. Tentang cinta. Hingga pertanyaan-pertanyaan itu membawa ke sebuah perdebatan panjang, nyaris ke pertengkaran dan membawa pada kesimpulan sahabat tersebut seperti ini, betapa mudahnya bicara itu, betapa mudahnya teori itu dikatakan (sebenarnya bahasa kasarnya bilang gini loh : ah, teori teh…)
Tentu saja, saya setuju dengan kesimpulan itu. Tapi kita tahu, bahwa teori pun akan tetap selamanya jadi teori jika kita tidak pernah mempraktekkannya dan mengaplikasikannya. Itulah gunanya teori. Teori mengajari kita tentang apa dan kenapa, sedangkan urusan bagaimana adalah kemampuan kita menangkap pengertian dari teori tersebut. Jadi memang mudah saja bicara teori, apa susahnya sih?
Seperti kata Dee dalam Petir, gunanya kecoak adalah jadi makanan cicak. Lucu. Lucu. Lucu. Ternyata cicak juga bisa frustrasi, nelen makhluk yang lebarnya lebih besar dari lebar badannya sendiri. Gunanya nyamuk adalah sumber kehidupan perusahaan obat nyamuk, perusahaan iklan,peneliti demam berdarah, artis iklan obat nyamuk de el el.
Gunanya masalah adalah....... eeeng....(mikir lama)
Tergantung masing-masing orang. Tergantung bagaimana tiap orang memaknainya. Bias jadi ada yang memaknainya sebagai tantangan, sarana mendewasakan, sarana penguras air mata, penyebab gila, penyebab hidup ini tidak berarti serta frustrasi bahkan makanan sehari-hari.
Ya, karena seharusnya kita selalu belajar.
ada yang mau menambahkan?
(catatan di suatu malam banyak bintang tapi hawa dingin meradang)
(diposting sembari menunggui teman yang sidang pendadaran)
suka kalimat ni karna kadang sebeeeellll dan ga sukaaaaaaaa banget sama kecoa, tapi yakin banget kecoa ada hikmahnya klo inget itu setidaknya mengurangi rasa sebel dan ga sukaaaanya ma kecoa,, (lho? jadi ngomongin kecoa ^^v)
BalasHapuslike this,, karena kadang sebeel en ga sukaaa bgd ma kecoak,, tapi inget penciptaanNya ga mungkin ga ada hikmah, bisa mengurangi rasa sebeel en ga sukaa ma kecoak,, (lho? jadi ngomongin kecoak ^^v)
BalasHapusyang di ujung timur belum juga ngasih cerita...he
BalasHapuswaduh,, ditanggih ni,,
BalasHapusiya, kenapa jadi ngomongin kecoak mbak? tapi kita kan memang lagi ngomongin kecoak....
BalasHapus